~welcome~

Monday, October 25, 2010

Belajar Dari Kegagalan Anna Althafunnisa


Pernah menonton filem hebat, Ketika Cinta Bertasbih? Sebuah karya agung Kang Abik yang diangkat dari sebuah novel pembangun jiwa ke layar perak. Masih ingat dengan watak utamanya, Anna Althafunnisa? Sosok peribadi anggun yang menjadi idola setiap muslimah, menjadi dambaan lelaki soleh.

Namun Anna jua manusia biasa, yang umumnya tidak terlepas dari membuat khilaf. Di sebalik kesempurnaan dirinya, masih ada terselit sedikit kekhilafan selaku muslimah, tanda tidak ada manusia yang sempurna melainkan Rasul junjungan.

Sedang melayari laman eramuslim.com, hati tertarik dengan artikel ni, buat renungan kita semua para muslimah. . Selamat mengutip hikmahnya~



Ia seorang muslimah, menutup aurat dengan sempurna, cerdas, berpendidikan tinggi, mengerti banyak hukum agama, dari keturunan yang baik, tumbuh di lingkungan yang baik pula, berbaur dengan orang-orang shalih, kaya, tidak punya cacat fisik, bahkan tergolong wanita cantik. Lalu, apa lagi yang kurang?

Ya, begitulah gambaran dari Anna Althafunnisa, seorang tokoh utama dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih, yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul film yang sama pula. Dan yang seperti kita ketahui bersama, seperti halnya novelnya yang laris manis, film ini pun laku keras di pasaran. Kemudian tak lama setelahnya, sosok Anna Althafunnisa begitu melekat di benak para muslimah, mampu menjadi ikon tentang muslimah yang seharusnya. Setidaknya ini saya lihat ketika diamanahi mendampingi tiga puluh delapan muslimah masa peralihan dari belia ke dewasa yang sedang menjalani hidupnya di awal-awal semester kuliah.

Melihat kapasitas dan kualitas kemuslimahan Anna Althafunnisa dalam gambaran cerita tersebut, pantas saja kalau kemudian dalam angan, ia adalah sosok muslimah ideal masa kini. Namun ada yang menarik untuk dicermati dan diurai hikmahnya bersama. Bahwa seideal-idealnya muslimah, tetaplah ia wanita bumi yang sangat mungkin berbuat khilaf dan punya kekurangan di sana-sini di balik kelebihannya yang berlimpah. Pun pembahasan ini bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang, tapi semoga mampu mengasah sikap kritis kita, agar tak selalu mengangguk setuju pada tokoh yang diidolakan.

Ada dua peristiwa bersejarah dalam hidup Anna yang menarik untuk dicermati, yaitu ketika prosesi khitbah dan penyebab perceraian dalam biduk rumah tangganya.

Dalam prosesi khitbahnya, kita dapati syarat Anna sebelum mengiyakan lamaran adalah, bahwa tidak adanya wanita lain kelak dalam rumah tangganya, alias ia menginginkan menjadi wanita satu-satunya dalam hati sang suami. Banyak muslimah yang 'terhipnotis' dengan pernyataan Anna, bahwa ia ingin seperti Fatimah dan Ibunda Khadijah yang tak pernah diduakan seumur hidupnya.

Tak ada yang salah dengan keinginannya ini, tapi jangan lupa, bahwa kita juga punya si cerdas Aisyah yang tetap bahagia dengan Rasullullah padahal ia bukan wanita satu-satunya dalam kehidupan beliau, kita punya panutan seperti Zainab, Hafsah, dan masih banyak lagi pribadi-pribadi luar biasa yang mampu menjalani takdirnya sebagai seorang isteri yang bukan satu-satunya.

Mungkin menjadi hal yang sangat wajar syarat itu diajukan oleh wanita biasa dan kebanyakan, tapi menjadi tidak wajar bahkan janggal bagi seorang muslimah putri Kyai yang tentunya sedari kecil telah tumbuh dengan didikan Islami seperti Anna. Di sinilah Anna telah gagal bersikap bijak sebagai seorang muslimah, karena pada kenyataannya ia yang telah banyak mengerti hukum agama yang seharusnya lebih bisa taat pada Allah dan RasulNya, bersikap seperti wanita pada umumnya. Maka wajarlah jika timbul pertanyaan logis, kalau seorang muslimah sekredibel Anna saja 'menolak' dipoligami, bagaimana dengan wanita pada umumnya?

Menarik pula apa yang diumpamakan Anna tentang sikapnya pada poligami, bahwa jika ia tidak menyukai jengkol dan tidak memakannya bukan berarti ia mengharamkan jengkol. Hal yang logis, tapi kurang tepat dijadikan perumpamaan. Karena yang sedang kita bicarakan ini berupa syari'at Islam. Dalam hal ini sama saja Anna mengatakan, bahwa ia tidak suka dipoligami, tapi bukan berarti ia mengharamkan poligami. Penegasan yang ingin disampaikan Anna di sini adalah bahwa poligami tetaplah halal, tapi ia tidak menyukainya.

Inilah yang perlu hati-hati kita telaah. Bagaimana mungkin seorang muslim/mah tidak menyukai apa yang pernah dilakukan oleh sang Nabi SAW, dimana kita sering mengaku berkiblat pada qudwahnya? Sementara bagian dari yang disebut sunnah adalah setiap perbuatan yang pernah dilakukannya. Sikap ini yang perlu kita pertegas, bahwa sebagai ummat Nabi SAW, kita penyuka sunnahnya. Tapi, bukan berarti setiap kita bisa dan mampu melakukan apa yang pernah dilakukan oleh sang Nabi SAW. Itulah salah satu hikmah yang bisa kita gali kenapa berhukum sunnah, bukan wajib.

Kembali ke pernyataan Anna, tentu saja akan lain maknanya jika Anna berkata bahwa ia tidak memakan jengkol karena dia tak tahan dengan baunya, dan khawatir juga baunya akan tercium ke orang di sekitarnya. Atau perumpamaan lain yang semakna, misalnya saya tidak makan rujak karena sekarang saya sedang sakit perut, saya tidak minum air es karena sekarang saya sedang pilek, atau saya tidak memakai warna hitam karena hari ini panas sekali.

Sejarah hidup Anna yang kedua adalah ketika ia mengetahui bahwa Furqan, suaminya, mengidap HIV. Yang dengan alasan inilah Anna meminta cerai. Sebuah hal yang halal memang, tapi dibenci oleh Allah SWT.

Diceritakan di situ, bagaimana Anna begitu marah, langsung kehilangan kepercayaan, dan ujungnya meminta cerai.

Mari kita bahas peristiwa ini dalam perspektif kehidupan muslimah ideal yang seharusnya sesuai dengan syari'at Islam.

Ketika seseorang marah karena mendapati dirinya telah dibohongi, itu hal yang wajar. Tapi bagi seorang Anna Althafunnisa, tentunya sudah hafal di luar kepala hadits Nabi SAW tentang perintah menahan marah. Kenapa ia tidak berupaya melakukannya? Melakukan kebajikan dengan cara menahan marah. Dan sangat mustahil Anna yang lulusan Al-Azhar Mesir itu tidak mengetahui kalau Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Di sinilah kita lihat ego dan nafsunya bermain dan menghalanginya untuk duduk, berbaring, wudhu, atau shalat daripada meluapkan kemarahannya.

Andai saja Anna dapat menahan amarahnya dan sedikit saja berlapang dada, mungkin perceraian itu tidak akan pernah terjadi dan cerita pun akan lain. Ia akan lebih bisa mendengar apa yang dikatakan sang suami, ia akan berupaya mengerti tentang posisi suami, bahkan mungkin dia akan bersikap sebaliknya, misalnya tetap memberi dukungan moral pada seseorang yang telah diangkat menjadi imamnya. Atau sebagai seorang 'partner' yang baik, ia akan tetap mengibarkan bendera optimis dengan mengatakan, "Coba kita cek lagi ke dokter, sangat mungkin kekeliruan terjadi pada saat pemeriksaan dulu, engkau orang baik dan suka memudahkan urusan orang lain, yakinlah Allah tak kan mendzalimimu."

Ya, andai saja Anna lebih mampu sedikit bersabar dan menunggu, maka perceraian itu tidak akan pernah terjadi. Karena dalam alur cerita selanjutnya, ternyata hasilnya negatif setelah Furqan memeriksakan diri. Namun sayang, bukan sikap seperti itu yang Anna lakukan. Padahal pada saat itu posisi Anna adalah seorang isteri. Isteri yang sangat tahu betapa mulianya kedudukan seorang Adam ketika ia telah menjadi seorang suami, sampai-sampai Nabi SAW pernah menyabdakan, jika diperbolehkan menyembah selain Allah, niscaya ia akan menyuruh setiap isteri menyembah suaminya. Lalu, isteri shalihah macam apakah yang lantang bernada tinggi penuh amarah ketika berbicara di depan suaminya?

Inilah sikap Anna yang perlu kita kritisi, bahwa selayaknya seorang muslimah tetap berupaya mengendalikan dirinya dalam keadaan apapun. Seperti halnya tetap berupaya taat pada semua perintah Allah SWT, dalam keislaman yang kaffah.

Ana Althafunnisa, seorang muslimah cerdas yang memiliki banyak hal lebih dalam dirinya, tetaplah manusia biasa. Namun, tak dapat dipungkiri, bahwa terlepas dari kekurangannya, ia tetap menjadi sosok wanita luar biasa yang patut diikuti sepak terjangnya dalam merunut hidup menjadi wanita seperti yang diinginkanNya. Banyak hal baik yang bisa kita gali dan teladani, bahkan apa yang ada padanya mampu dijadikan motivasi agar kita menjadi semakin lebih baik.

6 comments:

  1. salam 'alaik
    Bukan niat untuk membela anna, tetapi sekadar berkongsi pendapat.

    1) Di dalam filem KCB itu, anna sudah menjelaskan dia tidak mahu dipoligami bkn kerana benci kepada poligami. bahkan dia menunjukkan dalil dari kitab, bukan dari fikiran semata-mata.

    2) Memang perempuan itu tidak mampu berfikir panjang dan sering menurut nafsu. Oleh kerana itu Allah Yang Maha Mengetahui tidak memberikan kuasa talaq ke atas wanita.

    Apapun kisah ini bukan kisah benar, hanya filem yang dilakonan mengikut arahan pengarah.
    Walaupun begitu, anna tetap manusia biasa dan di dalam sinetron KCB banyak kekurangan ana sbg seorang muslimah untuk dijadikan contoh. Apa yang penting, yang baik dijadikan iktibar, yang kurang dijadikan sempadan :)

    ReplyDelete
  2. to Al-Mu'allim

    jazakallah atas perkongsiannya.

    1) ya, ada dalilnya, namun akhwat ini (yg menulis artikel dari eramuslim.com) memandangnya dari sudut pandang yg berbeza.

    2) tepat sekali, kami perempuan terkadang lemah mengawal emosi, namun tidak jua seharusnya seorang isteri itu bersikap keras pd suaminya, apatah lagi pd yg faham agama.

    ~pendapat ana tidak ada manusia yg sempurna, artikel ini justeru mungkin cuba utk membina paradigma baru bagi muslimah atas kekhilafan yg mungkin bisa dielakkan. Anna itu kelihatannya sempurna, namun tetap ada khilaf, yg mana kita bisa belajar darinya

    wallahua'lam

    ReplyDelete
  3. Afwan.

    1) mungkin benar, penulis memandang dari sudut berbeza, namun spt yg kita tahu, anna tetap seorang perempuan wlpn bljr agama tinggi. Cuba tanya mana-mana ustazah, apa mereka sanggup dimadu? penulis itu sanggup? kalau ukhti sendiri sanggup?

    Ana hanya melontar pandangan, tidak bermaksud apa2. Bagus kalau kita dapat berbincang secara terbuka begini.

    2) Mungkin sikap keras ana itu adalah kesan langusng atau reflect dari berita mengejut yg diterimanya. Suami jg harus bijak dan tidak terikut dgn emosi isteri.

    Apapaun, cerita ini hanyalah lakonan dan apa yang terjadi bukan kehendak pelakon tetapi pengarah. Mungkin dalam situasi sebenar, org agama lebih matang utk hadapi situasi ini.

    Benar apa yang ukhti katakan sebelum ini, kita boleh belajar dari kesilapan yang dilakonkan dalam filem ini dlm kehidupan kita.

    wallahu'alam

    ReplyDelete
  4. jazakallah, pandangan yg membina

    1) setiap orang (muslimah) pastinya mempunyai pendapat berbeza mengenai poligami, pasti ada yg bersedia utk dimadu & juga sebaliknya.

    2) Adalah sgt bagus andai sang suami dpt berfikir sebegitu. Sememangnya seorang suami itu adalah nakhoda dlm melayari bahtera rumah tangga, jika sang suami bijak membawa haluan, maka bahtera rumahtangga itu pasti selamat dlm rahmatNYA.

    ~sesungguhnya amat rugi bagi insan yg tidak mengutip hikmah dlm setiap kejadian & peristiwa yg berlaku di sekelilingnya

    wallahua'lam

    ReplyDelete
  5. Kalau saya membaca di Komentar artikel ini pada eramuslim.com, walah....
    buanyak sekali perdebatan pendapat diantara orang 2 yng insyaallah pinter tentang agama..., macem macem sekali, bahkan sampe Kitab2 yg dijadikan dasarnya pun, diterjemahkan disitu... MasyaAllah.....
    ana sangat merasakan betapa sempurnanya Agama islam ini dibanding dengan yg lainya... Allahuakbar... :)

    ReplyDelete
  6. salam sedikt pendpt..dlm islam mmg x ramai wanita yg myukai poligami..tapi perlu dikaji juga knp poligami hrs dilakukan n apa pmasalahnya..klu dikaji bdasarkn pd enakmen und poligami blh dilakukn klu ada syarat2nya..tntg kitab yg dibaca oleh altafunnisa mmg bgs ttp adakh hadis ini daif atau pun sbaliknya..kn perhatikn..perbahasan yg manarik tetapi perlu pd metode penelitian yg khusus.. bgmana dgn prosedur2 poligami n syarat2 poligami..islam mehalalkan krn mgikut sunnah tetapi konsep yg ditekan dlm pologami adlh keadilan...adakh muslimin blh berlaku adil...nah ini persoln yg perlu dipecah..bgmn situasi wanita yg dipoligami..semua hrs difikirkn..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Click Here =)