~welcome~

Sunday, October 31, 2010

~Secerah Pawana~ (part 1)



Seindah sedamai pantai melambai gemalai

Begitulah hati merindu kasih yang padu

Bagaikan pepasir basah disimbah lautan

Begitulah perjuangan ini biar basah dengan iman dan ukhwah

Kita ingin segalanya indah

Sebersih pasir pantai memutih

Seindah dan secerah pawana

Berseri ukhwah dipupuk kasih

Kita ingin segala terlerai

Dengki dan dendam kesumat musnah

Biar keikhlasan berbicara

Di dada hati luas saujana


Hempasan ombak ke pantai, deruan pawana berpuput lembut menenangkan hati-hati kami. Subhanallah, rasa tenang. Kami bertemu lagi dalam rangka menggapai redhaMU Ya Allah...Terima kasih Ya Allah kerana Engkau mengurniakan kami nikmat Islam, nikmat iman dan nikmat tarbiyah ini...tidak terhitung nikmatMU kepada hamba-hambaMU...maka wahai manusia, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Kami berintrospeksi diri...lihatlah alam yang terbentang luas...bagaimana kamu mengaitkan alam ini dengan kehidupan kamu?

" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi itu, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi yang berakal." (3:190)

"(iatu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan baring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, MahaSuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka." (3:191)

Sahabat yang kucintai keranaNYA berkata, " Air itu merupakan komposisi terbesar dalam badan manusia...." Ya, benar sekali katanya. Justeru aku memikirkan bagaimana agaknya molekul-molekul air dalam tubuhku?

Mari sama-sama kita hayati penerangan di bawah:


Persidangan Air Sedunia baru-baru ini di salah sebuah Universiti di Malaysia membuktikan segala fakta tentang air. Sewaktu persidangan itu, air dari merata dunia diambil dan diperiksa akan “kehebatannya“. Kamera berfrekuensi tinggi berjarak jauh digunakan untuk melihat akan gambaran yang terjadi kepada air yang sedang di uji itu.

Maka air dari Sungai Ganges dan juga termasuk Air Zam-Zam diuji dan dikenal pasti. Sesuatu yang nyata adalah Air Zam-Zam sahajalah air yang begitu kukuh dalam merakam segala perubahan pada kadar gelombang alam semesta ini dan strukturnya begitu kukuh (
segi tiga). Keunikan Air Zam-Zam ini juga adalah strukturnya tidak berubah, ia tidak akan terjejas di dalam apa sekali pun tekanan yang sedang diberikan padanya. Ia tetap utuh sehinggakan seorang Professor dari Jepun memeluk agama Islam kerana keunikan Air Zam-Zam yang beliau ketahui hanya ada di Kaabah. Lagi satu kehebatan air Zam-Zam ini adalah ia sahaja didapati boleh merakam dengan tepat gelombang warna alam yang sering bertukar pada waktu-waktu yang tertentu.

Apabila kita renungkan berpuluh-puluh ayat Al-Quran tentang air, kita akan tersentak bahawa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahawa air tidak sekadar benda mati. Air menyimpan kekuatan, daya ingatan, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Solat fardhu wajib air wuduk 5 kali sehari, ketika solat sunat, malah untuk memegang Al-Quran.

Menurut Ustaz Zamri, jika kita melakukan atau mendengar perkara-perkara yg tidak berfaedah dan negatif molekul air dalam badan kita berubah menjadi sesuatu yang ‘tidak cantik’. Apakan terjadi dengan rohani dan jiwa kita? Jiwa kita juga kacau seperti molekul air itu, rasa tidak tenang. Jika kita mengalunkan zikrullah, membaca Al-quran, berfikiran positif dan membuat kerja-kerja yang diredhai oleh Allah, insyaAllah rohani dan jiwa kita menjadi tenang seperti molekul air zam-zam yang cantik dan berkilau. Wallahua’lam.

(http://addin.ritanm.com/tag/molekul-air-zam-zam/)

Subhanallah...lantas hidup kita saat ini, bagaimana agaknya perubahan molekul-molekul air dalam tubuh kita? Saat kita merasa tenang, saat kita merasa gelisah, saat kita bermunajat kepadaNYA, saat kita bermaksiat kepdaNYA? Adakah air dalam tubuh kita bertambah-tambah kecantikan dan keindahannya atapun makin memburuk? Di posisi manakah kita?

Saya jadi teringat akan sebuah kisah. Pernah membaca novel pembangun jiwa, Ayat-ayat Cinta karya Kang Abik? Saya terfikir akan babak di mana Fahri jatuh sakit lalu dimasukkan ke hospital. Fahri sakit tenat dan doktor mengesahkan dia perlu dibedah kerana didapati ada gumpalan darah beku di kepalanya. Gurunya, Syaikh Utsman datang menziarahinya. Syaikh Utsman terkenal dengan kesolehan dan keperibadian yang tinggi. Syaikh Utsman kemudiannya memberi Fahri sebotol kecil air zam-zam, dan disuruhnya Fahri untuk membaca selawat ke atas Rasulullah s.a.w dan berdoa untuk kesembuhannya sebelum minum air zam-zam itu.

Keesokanny, Fahri merasa badannya lebih enak, kepalanya terasa lebih ringan. Lantas, dia meminta diulang pemeriksaan. Subhanallah, ternyata gumpalan darah di kepalanya sudah tiada!
Allah itu memang Maha Hebat.

Tuesday, October 26, 2010

~Gadis Itu~




Gadis itu

Mengorak langkah

Terus maju menapak

Tidak berpaling lagi



Gadis itu

Insan biasa cuma

Namun azamnya luar biasa

Membawa jiwanya kembali kepada DIA



Gadis itu

Lembut hatinya bak sutera

Murah tangisnya saat berduka

Namun jiwanya teguh menahan derita



Gadis itu

Tidak banyak bicara

Suaranya memecah saat pandangan diminta

Bicaranya pada yang perlu bukan sia-sia



Gadis itu

Tidak suka pujian

Malu dengan sanjungan

Lemas dalam taksuban insani



Gadis itu

Terus mengorak langkah

Terkadang dia lelah

Namun mujahadah dia kekal



Gadis itu

Bicaranya hikmah

Akhlaknya sunnah

Ibadahnya ikhlas



Gadis itu

Jihad pilihannya

Syuhada impiannya

Syurga harapannya



Gadis itu

Disayangi manusia

Dikasihi Rasul

Dicintai RABBNYA


Gadis itu

Tidak mengharapkan apa pun

Selain mendambakan

Cinta KEKASIH TERAGUNG

Dan dia telah mendapatkannya

Bersemadilah dia dalam kebahagiaan

Di taman syurga indah menanti



~Mampukah kita seperti gadis itu.Retrospeksi diri, ayuh!~

Monday, October 25, 2010

Belajar Dari Kegagalan Anna Althafunnisa


Pernah menonton filem hebat, Ketika Cinta Bertasbih? Sebuah karya agung Kang Abik yang diangkat dari sebuah novel pembangun jiwa ke layar perak. Masih ingat dengan watak utamanya, Anna Althafunnisa? Sosok peribadi anggun yang menjadi idola setiap muslimah, menjadi dambaan lelaki soleh.

Namun Anna jua manusia biasa, yang umumnya tidak terlepas dari membuat khilaf. Di sebalik kesempurnaan dirinya, masih ada terselit sedikit kekhilafan selaku muslimah, tanda tidak ada manusia yang sempurna melainkan Rasul junjungan.

Sedang melayari laman eramuslim.com, hati tertarik dengan artikel ni, buat renungan kita semua para muslimah. . Selamat mengutip hikmahnya~



Ia seorang muslimah, menutup aurat dengan sempurna, cerdas, berpendidikan tinggi, mengerti banyak hukum agama, dari keturunan yang baik, tumbuh di lingkungan yang baik pula, berbaur dengan orang-orang shalih, kaya, tidak punya cacat fisik, bahkan tergolong wanita cantik. Lalu, apa lagi yang kurang?

Ya, begitulah gambaran dari Anna Althafunnisa, seorang tokoh utama dari novel karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih, yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul film yang sama pula. Dan yang seperti kita ketahui bersama, seperti halnya novelnya yang laris manis, film ini pun laku keras di pasaran. Kemudian tak lama setelahnya, sosok Anna Althafunnisa begitu melekat di benak para muslimah, mampu menjadi ikon tentang muslimah yang seharusnya. Setidaknya ini saya lihat ketika diamanahi mendampingi tiga puluh delapan muslimah masa peralihan dari belia ke dewasa yang sedang menjalani hidupnya di awal-awal semester kuliah.

Melihat kapasitas dan kualitas kemuslimahan Anna Althafunnisa dalam gambaran cerita tersebut, pantas saja kalau kemudian dalam angan, ia adalah sosok muslimah ideal masa kini. Namun ada yang menarik untuk dicermati dan diurai hikmahnya bersama. Bahwa seideal-idealnya muslimah, tetaplah ia wanita bumi yang sangat mungkin berbuat khilaf dan punya kekurangan di sana-sini di balik kelebihannya yang berlimpah. Pun pembahasan ini bukan untuk mencari-cari kesalahan seseorang, tapi semoga mampu mengasah sikap kritis kita, agar tak selalu mengangguk setuju pada tokoh yang diidolakan.

Ada dua peristiwa bersejarah dalam hidup Anna yang menarik untuk dicermati, yaitu ketika prosesi khitbah dan penyebab perceraian dalam biduk rumah tangganya.

Dalam prosesi khitbahnya, kita dapati syarat Anna sebelum mengiyakan lamaran adalah, bahwa tidak adanya wanita lain kelak dalam rumah tangganya, alias ia menginginkan menjadi wanita satu-satunya dalam hati sang suami. Banyak muslimah yang 'terhipnotis' dengan pernyataan Anna, bahwa ia ingin seperti Fatimah dan Ibunda Khadijah yang tak pernah diduakan seumur hidupnya.

Tak ada yang salah dengan keinginannya ini, tapi jangan lupa, bahwa kita juga punya si cerdas Aisyah yang tetap bahagia dengan Rasullullah padahal ia bukan wanita satu-satunya dalam kehidupan beliau, kita punya panutan seperti Zainab, Hafsah, dan masih banyak lagi pribadi-pribadi luar biasa yang mampu menjalani takdirnya sebagai seorang isteri yang bukan satu-satunya.

Mungkin menjadi hal yang sangat wajar syarat itu diajukan oleh wanita biasa dan kebanyakan, tapi menjadi tidak wajar bahkan janggal bagi seorang muslimah putri Kyai yang tentunya sedari kecil telah tumbuh dengan didikan Islami seperti Anna. Di sinilah Anna telah gagal bersikap bijak sebagai seorang muslimah, karena pada kenyataannya ia yang telah banyak mengerti hukum agama yang seharusnya lebih bisa taat pada Allah dan RasulNya, bersikap seperti wanita pada umumnya. Maka wajarlah jika timbul pertanyaan logis, kalau seorang muslimah sekredibel Anna saja 'menolak' dipoligami, bagaimana dengan wanita pada umumnya?

Menarik pula apa yang diumpamakan Anna tentang sikapnya pada poligami, bahwa jika ia tidak menyukai jengkol dan tidak memakannya bukan berarti ia mengharamkan jengkol. Hal yang logis, tapi kurang tepat dijadikan perumpamaan. Karena yang sedang kita bicarakan ini berupa syari'at Islam. Dalam hal ini sama saja Anna mengatakan, bahwa ia tidak suka dipoligami, tapi bukan berarti ia mengharamkan poligami. Penegasan yang ingin disampaikan Anna di sini adalah bahwa poligami tetaplah halal, tapi ia tidak menyukainya.

Inilah yang perlu hati-hati kita telaah. Bagaimana mungkin seorang muslim/mah tidak menyukai apa yang pernah dilakukan oleh sang Nabi SAW, dimana kita sering mengaku berkiblat pada qudwahnya? Sementara bagian dari yang disebut sunnah adalah setiap perbuatan yang pernah dilakukannya. Sikap ini yang perlu kita pertegas, bahwa sebagai ummat Nabi SAW, kita penyuka sunnahnya. Tapi, bukan berarti setiap kita bisa dan mampu melakukan apa yang pernah dilakukan oleh sang Nabi SAW. Itulah salah satu hikmah yang bisa kita gali kenapa berhukum sunnah, bukan wajib.

Kembali ke pernyataan Anna, tentu saja akan lain maknanya jika Anna berkata bahwa ia tidak memakan jengkol karena dia tak tahan dengan baunya, dan khawatir juga baunya akan tercium ke orang di sekitarnya. Atau perumpamaan lain yang semakna, misalnya saya tidak makan rujak karena sekarang saya sedang sakit perut, saya tidak minum air es karena sekarang saya sedang pilek, atau saya tidak memakai warna hitam karena hari ini panas sekali.

Sejarah hidup Anna yang kedua adalah ketika ia mengetahui bahwa Furqan, suaminya, mengidap HIV. Yang dengan alasan inilah Anna meminta cerai. Sebuah hal yang halal memang, tapi dibenci oleh Allah SWT.

Diceritakan di situ, bagaimana Anna begitu marah, langsung kehilangan kepercayaan, dan ujungnya meminta cerai.

Mari kita bahas peristiwa ini dalam perspektif kehidupan muslimah ideal yang seharusnya sesuai dengan syari'at Islam.

Ketika seseorang marah karena mendapati dirinya telah dibohongi, itu hal yang wajar. Tapi bagi seorang Anna Althafunnisa, tentunya sudah hafal di luar kepala hadits Nabi SAW tentang perintah menahan marah. Kenapa ia tidak berupaya melakukannya? Melakukan kebajikan dengan cara menahan marah. Dan sangat mustahil Anna yang lulusan Al-Azhar Mesir itu tidak mengetahui kalau Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Di sinilah kita lihat ego dan nafsunya bermain dan menghalanginya untuk duduk, berbaring, wudhu, atau shalat daripada meluapkan kemarahannya.

Andai saja Anna dapat menahan amarahnya dan sedikit saja berlapang dada, mungkin perceraian itu tidak akan pernah terjadi dan cerita pun akan lain. Ia akan lebih bisa mendengar apa yang dikatakan sang suami, ia akan berupaya mengerti tentang posisi suami, bahkan mungkin dia akan bersikap sebaliknya, misalnya tetap memberi dukungan moral pada seseorang yang telah diangkat menjadi imamnya. Atau sebagai seorang 'partner' yang baik, ia akan tetap mengibarkan bendera optimis dengan mengatakan, "Coba kita cek lagi ke dokter, sangat mungkin kekeliruan terjadi pada saat pemeriksaan dulu, engkau orang baik dan suka memudahkan urusan orang lain, yakinlah Allah tak kan mendzalimimu."

Ya, andai saja Anna lebih mampu sedikit bersabar dan menunggu, maka perceraian itu tidak akan pernah terjadi. Karena dalam alur cerita selanjutnya, ternyata hasilnya negatif setelah Furqan memeriksakan diri. Namun sayang, bukan sikap seperti itu yang Anna lakukan. Padahal pada saat itu posisi Anna adalah seorang isteri. Isteri yang sangat tahu betapa mulianya kedudukan seorang Adam ketika ia telah menjadi seorang suami, sampai-sampai Nabi SAW pernah menyabdakan, jika diperbolehkan menyembah selain Allah, niscaya ia akan menyuruh setiap isteri menyembah suaminya. Lalu, isteri shalihah macam apakah yang lantang bernada tinggi penuh amarah ketika berbicara di depan suaminya?

Inilah sikap Anna yang perlu kita kritisi, bahwa selayaknya seorang muslimah tetap berupaya mengendalikan dirinya dalam keadaan apapun. Seperti halnya tetap berupaya taat pada semua perintah Allah SWT, dalam keislaman yang kaffah.

Ana Althafunnisa, seorang muslimah cerdas yang memiliki banyak hal lebih dalam dirinya, tetaplah manusia biasa. Namun, tak dapat dipungkiri, bahwa terlepas dari kekurangannya, ia tetap menjadi sosok wanita luar biasa yang patut diikuti sepak terjangnya dalam merunut hidup menjadi wanita seperti yang diinginkanNya. Banyak hal baik yang bisa kita gali dan teladani, bahkan apa yang ada padanya mampu dijadikan motivasi agar kita menjadi semakin lebih baik.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Click Here =)