~welcome~

Friday, November 19, 2010

~Warkah untuk Cikgu~

Buat yang bergelar pendidik, bakal pendidik mahupun yang bercita-cita untuk menjadi pendidik...warkah ini khusus untuk kalian. Dipetik dari buku Jadilah Hamba Allah yang Sejati tulisan Dr.'Aidh Al-Qarni..moga kata-kata indah yang ditulis buat kalian ini menyerap masuk ke dalama hati kalian...bersatu dalam diri, menjana motivasi dan semangat...bahawa bergelar 'cikgu' bukan setakat di saat anda dipanggil CIKGU...




Segala puji-pujian bagi Allah Yang Maha Esa, selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah., kepada keluarga dan para sahabatnya.

Amma ba’du

Wahai pengajar, “ Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.”

Berdirilah untuk guru dan berikan penghormatan, seorang guru hampir seperti seorang perutusan…


Wahai pewaris ilmu Rasulullah s.a.w, wahai para pendidik, wahai para pembuka akal dengan menyebut nama Allah s.w.t! Semoga Allah membalasmu dengan balasan yang terbaik dari umat Muhammad, semoga Allah memberi kamu pahala atas risalah yang telah kamu bawakan, jika kamu menghendaki kebaikan.


Wahai ustaz! Generasi kita duduk di hadapan kamu…Wahai ustaz! Kita telah meletakkan hati kita, jantung kita dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh lisanmu.


Wahai pengajar! Tidakkah kamu melihat para guru yang jahat, batil dan sesat?! Bagaimana mereka menyebarkan prinsip-prinsip dan konsep mereka yang menghancurkan? Tidakkah kamu menyebarkan pemikiran kamu yang jelas membangun yang dibawakan oleh Nabi Muhammad s.a.w?


Wahai guru, sesungguhnya kata-kata yang jujur ketika keluar dari hati, ia akan jatuh dalam hati, dan kata-kata yang dusta ketika keluar dari lisan, maka ia tidak akan melewati telinga.


Wahai pengajar! Sesungguhhnya yang bermanfaat bagi orang-orang yang berakal ketika ia dapat memberi manfaat bagi seseorang, sebelum bermanfaat kepada orang ramai.

Allah s.w.t. berfirman:

Ertinya:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajipan) mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berfikir?”

(Al-Baqarah:44)

Maka apakah taraf perbuatanmu bagi ilmu mu?


Wahai guru, kamu harus bertakwa kepada Allah s.w.t dalam setiap yang kamu ajarkan agar kamu menjadi contoh dan teladan hidup untuk agama yang dibawa oleh Muhammad s.a.w.


Wahai pengajar! Para ulama salaf dahulu ketika mengajarkan pelbagai ilmu, mereka memberikannya kepada manusia dengan disertai perilaku mereka, muamalah mereka, akhlak mereka, dan kaedah mereka dalam hidup.


Wahai guru! Para guru kita di masa-masa awal yang utama, mereka pergi ke pelbagai negeri Islam di Indonesia dan Malaysia. Mereka menyampaikan ajakan Allah dengan perilaku-perilaku mereka sebelum kata-kata mereka. Kami mengajak kalian hari ini di permulaan tahun ajaran ini untuk mempersembahkan ilmu yang bermanfaat, amal yang soleh, risalah yang abadi, perkataan yang berkesan kepada para pemuda, agar kalian bertakwa kepada Allah s.w.t dalam generasi ini, generasi yang menunggu nasihat darimu.


Mereka haus di hadapanmu, tuangkan di hati mereka luapan kasih dan sayangmu yang akan menjadikannya ubat penyembuh. Sesungguhnya mereka lapar, mereka menanti sesuap makanan yang baik dan lazat yang terkandung dalam sajian material yang baik yang bermanfaat dari firman Allah s.w.t dan sabda Rasulullah s.a.w.


Semoga Allah meluruskan langkahmu, memberimu manfaat dan menjadikan kami dan engkau orang-orang yang diterima-Nya, yang jujur dalam catatan abadi-Nya.

Wednesday, November 17, 2010

~Korban: Belajar dari Nabi Ibrahim dan Anaknya~


"Salam eidul-adha"

"Selamat Hari Raya Haji"

"Selamat Hari Raya Korban"

Inilah antara ungkapan-ungkapan atau

ucapan yang biasa didengar pada tarikh 10 Zulhijjah. Namun, apakah kita selami dan hayati makna di sebalik sambutan perayaan ini?

Ayuh, sama-sama kita belajar dari Nabi Allah, Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Islam.




Ibrahim AS; Atas Nama Cinta Untuk Belajar Cinta

Ayah adalah penyangga, harapan, belahan jiwa, nasab, pertaruhan, prestise, guru, inspirasi, rasa hormat, dirindukan dan entah apa lagi. Anak adalah harapan, belahan jiwa, qurrota’ayn, nasab, pertaruhan, kesenangan, cobaan, musuh, dirindukan, inspirasi dan entah apalagi. Pola hubungan keduanya sangat khas. Meskipun kadang pasang surut, dominasi rasa cinta biasanya lebih menggunung dari sekedar riak kecil rasa sesal. Jika pun ada yang berakhir tragis, itu tidak lebih sebagai peristiwa yang keluar dari garis fitrah yang jumlahnya hanya sepersekian dari kelaziman. Kelaziman di mana antara ayah dan anak adalah dua cinta yang bertaut darah.

Ayah, betapa ia dirindukan. Anak sungguh ia dirindukan.

Nabiullah Ibrahim adalah pecinta yang paling bersih, di mana rasa cintanya pada Allah melebihi segala-galanya, meskipun kepada Ismail yang telah lama ia nantikan kehadirannya. Kita pasti pernah diberi tahu, bahwa kehadiran Ismail baru ada di saat Ibrahim telah lenjut. Usia yang menurut logika dan persangkaan Ibrahim sendiri adalah fase di mana sangat mustahil ia beroleh anak. Maka betapa gembira pada akhirnya, bahwa ia mendapatkan Ismail yang saleh dan sabar.

Cinta Ibrahim atas Ismail bukanlah cinta buta, tetapi cinta dalam visi mahabbah fillah sehingga mantap mengasah pisau untuk memutus leher anaknya. Tidak ada cerita, Ismail menjadi kabut yang menghalangi dirinya melihat hakikat kebenaran betatapun ia sayang pada Ismail setinggi langit. Tidak seperti segelintir orang tua di zaman ini yang khilaf menjadi koruptor hanya karena bahasa sayang kepada anak yang merengek mobil baru.


Cinta Ismail atas Ibrahim bukan pula cinta palsu, tetapi cinta dalam visi mahabbah fillah sehingga tak gentar menyerahkan lehernya. Tidak ada cerita ia mengelak dari Ibrahim sambil menghujat ayahnya itu sebagai sangar, bengis dan kejam. Tidak seperti segelintir anak di zaman ini yang khilaf menitipkan orang tuanya di panti jompo setelah ia ringkih dan pikun.


Pada akhirnya, Ibrahim dan Ismail sama-sama rela berkorban dan dikorbankan atas nama cinta. Cinta pada Yang Maha Mencintai.

Tak ada yang tega seorang ayah akan mengalirkan darah anaknya. Tetapi demi memenuhi hasrat cinta pada Allah, dijawab juga perintah Allah itu untuk menyembelih Ismail.Subhanallah, Allah lebih memahami dari apa dan siapapun bahwa cinta ayah dan anak amatlah subur. Maka Allah mengganti leher Ismail dengan Kibas yang subur pula.


Saya, kita semua para ayah, tak akan pernah bisa sebanding mengukur cinta pada Allah dengan mengambil patron Ibrahim soal penyembelihan dan darah. Anak-anak kita, tak akan pernah bisa sebanding mengukur cinta pada Allah dengan mengambil patron Ismail soal penyembelihan dan darah. Satu-satunya yang sanggup kita tumpahkan dari darah anak lelaki kita untuk Allah, dan satu-satunya darah yang sanggup diberikan anak lelaki kita untuk Allah, hanyalah tetesan darah khitan. Saat kulupnya kita korbankan agar ia menjadi bersih jasad dan ruhaninya. Dan lagi-lagi, kita pun mengambil teladannya dari Nabiullah Ibrahim ‘alaihissalam ini.

Sekarang dan seterusnya, “Ismail” bagai simbol bagi sesuatu yang amat kita cintai dan kita sudah barang tentu memilikinya dalam wujud apapun. Boleh jadi “Ismail” kita mengambil bentuk kendaraan baru, rumah mewah, jabatan penting, deposito, atau kekayaan lainnya. Apakah kita sudah rela mengorbankan cinta atas “Ismail”-“Ismail” simbolik itu untuk mencapai tujuan hidup sebenarnya, yaitu merebut cinta Allah?


Taruhlah kita sebagai suami, sudah sanggupkah kita meniru ketangguhan nabi Ibrahim, mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya demi mengamalkan perintah Tuhan?

Taruhlah kita sebagai istri, sudah sanggupkah kita meniru ketabahan dan ketaatan Siti Hajar, yang merelakan suaminya menjalankan perintah Tuhan dan menghargai jiwa besar Ismail? Dan taruhlah kita sebagai anak, sudahkah kita memiliki idealisme yang militan seperti Ismail yang rela menjadi korban atas nama cinta pada Tuhannya?

Seyoganya untuk belajar cinta dari teladan keduanya. Semoga kita bisa.

”Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia...”(terjemah QS. Al-Mumtahanah [60] : 4).


Ciputat, Nopember 2010.

Oleh: Abdul Mutaqin

Sumber: Eramuslim

Sunday, November 7, 2010

~Pulanglah Wahai Hati~






Ya Allah...apakah rasa ini?
Ya Rahman...aku memohon kekuatan
Ya Ghaffur...aku memohon keampuan

Sungguh...sukar untuk aku menafsirkan

Sungguh...sukar untuk aku ungkapkan
Apa yang mengisi ruang kalbuku


Ya Rahman...aku memohon kekuatan

Ya Ghaffur...aku memohon keampunan


Sungguh...yang ku cari adalah ketenangan

Sungguh...yang ku cari adalah ketenangan


Hakikatnya...ku tahu

Aku perlu membawa hatiku pulang ke tempat asalnya

Hakikatnya...ku tahu

Aku perlu membawa hatiku pulang kepada pencipta-Nya







Wahai hati... Kembalilah
Wahai hati... Pulanglah
Wahai hati...
Hanya Dia yang Satu

Wahai hati...
Tenanglah dikau
Wahai hati... Pulanglah ke tempat asalmu
Wahai hati...Kembalilah kepada Penciptamu


Kerana di situ...

Aku tahu

Ketenangan bakal menjengah
Kerana di situ...
Aku tahu

Ketenangan akan menyapa


Wahai hati...Pulanglah

~EXAM~

Salam sahabat semua. Apa khabar kalian?
Kepada yang masih bergelar seorang pelajar, sekarang pastinya saat-saat genting buat kalian.
Musim peperiksaan...





Pastinya semua sibuk mempersiapkan diri di saat-saat akhir ni. Orang kata demam nak exam. Study week hampir berakhir. Tinggal beberapa hari sahaja lagi first paper bakal menjengah. Semoga Allah mudahkan urusan kita semua.

Dalam kesibukan kita mengulang kaji, mengulang baca, menjawab soalan-soalan past year dan sebagainya jangan pula kita lupa tanggungjawab kita pada Yang Maha Esa...solat kita bagaimana? Tilawah kita bagaimana? Adakah kita menjaga ibadah-ibadah sunat yang lain? Solat tahajjud, solat dhuha dan ibadah-ibadah lain?

Solat kita...adakah masih di awal waktu? Atau kita hampir saja terlepas waktu kerana terlalu sibuk study? Solat kita...adakah khusyu' seperti dulu? Atau kita selalu saja berusaha untuk solat dengan cepat, tanpa wirid dan doa seperti biasa...kerana kita takut masa tak cukup untuk kita study? Di manakah kita?

Andai kita termasuk dalam mana salah satu golongan di atas, nampaknya kita telah terlupa tujuan asal kita belajar...Atau lagi memeritkan kita memang kurang jelas tujuan kita belajar? Apa agaknya jawapan kalian? Bisikkan persoalan ini pada hati kalian...

"Apa tujuan aku belajar ni sebenarnya?"

Apa ya, tujuannya?
Ayuh, kita semak ayat-ayat cintaNYA...

Firman Allah dalam surah Az-Zariyat, ayat ke-56:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Subhanallah...seluruh kehidupan kita harus dijadikan ibadah kepada-Nya. Bagaimana?
Islam itu sungguh, agama yang syumul. Islam itu sistem kehidupan kita. Ibadah yang dimaksudkan bukan bermaksud kita berada di masjid 24 jam, ataupun terus-terusan di tikar sembahyang...sama sekali tidak!

Islam itu mudah bukan? Islam itu indah bukan?

Wahai sahabat, setiap apa sahaja perbuatanmu, niatkanlah kerana Allah, kerana-Nya semata...
Ya, kerana Allah...kita belajar ini kerana Allah, kerana kita ingin menyebar luaskan syariat-Nya, kerana kita ingin membantu Islam, kerana kita ingin Islam kembali gemilang...

Jadi, andainya kehidupan kita ini kerana-Nya..kenapa melengah-lengahkan suruhan-Nya? Kenapa meringan-ringankan larangan-Nya?

Solat kita harusnya lebih terjaga, doa kita lebih panjang dari biasa...supaya Dia memberkati segala usaha kita.







Sesungguhnya segala apa sahaja bidang ilmu di dunia ini adalah milik Allah, Yang Maha Bijaksana.

Apakah kita merasakan kejayaan kita menjawab soalan dengan baik adalah hasil dari usaha keras kita? Sama sekali tidak, bahkan ianya adalah kerana Allah mengizinkan kita untuk menjawab, Allah memberikan kita ilham untuk setiap soalan yang ditanya, lalu Allah melancarkan pergerakan tangan kita untuk kita menulis skrip jawapan.

Segalanya dengan izin Allah...izin Allah.

Kita memang sangat perlu berusaha dan berusaha, namun yang menentukan tetap Dia. Andai kita sentiasa mencari murka-Nya, meremehkan suruhan-Nya apakah kita kira Dia akan menolong kita? Sama-sama kita renungkan...

Sebetulnya, saya hanya ingin berkongsi dengan kalian, kembali mengingatkan kalian, tujuan asal kita belajar, agar kita tidak tersasar jauh...

Hakikatnya, kehidupan kita di dunia ini ibarat seorang pengembara yang berhenti singgah untuk berteduh di pepohonan dan kita akan meneruskan perjalanan menuju dunia yang kekal abadi dengan bekal yang kita bawa dari tempat persinggahan kita...andai baik, maka baiklah tempat tinggal kita di sana. Andai buruk, maka buruklah tempat tinggal kita di sana...






Hakikatnya, kita tidak pernah tahu bila ajal bakal menjemput...adakah esok, lusa atau malam ini? Dan kita mungkin sahaja tidak sempat untuk menduduki peperiksaan akhir kita...

Apakah kita pelajar tahun akhir pendidikan yang bakal bergelar cikgu? Apakah kita pelajar tahun akhir perubatan yang bakal bergelar doktor? Semuanya masih dalam mimpi...

Jadi, tidak perlulah saya study lagi? Tidak!!!
Jangan sesekali...salah tafsiran.
Study..ya perlu!
Solat, pastinya perlu (ibadah wajib yang menjadi perkara pertama yang ditimbang kelak)!!!
Keduanya adalah ibadah. Keduanya akan dipersoalkan oleh Tuhanmu kelak pada hari di mana tiada perlindungan selain perlindungan-Nya.

~Bekerjalah kamu seolah kamu akan hidup 1000 tahun lagi, beribadahlah kamu seolah kamu akan mati esok hari~

Semoga hikmahnya sampai ke hati-hati kalian. Sampai ke hati kita semua...

Akhir kalam, selamat berjaya buat semua sahabat yang bakal menghadapi peperiksaan akhir. Moga Allah mudahkan segala urusan kalian dan semoga Dia memberkahi segala usaha kalian, setiap detik yang kalian manfaatkan untuk belajar semoga dinilai sebagai ibadah di sisi-Nya.



Wallahua'lam


Saturday, November 6, 2010

Isti'anah (Minta Bantuan) kepada Non Muslim

Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.

Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.

Imam Hasan Al-Banna membolehkan permohonan bantuan dan kerjasama pemerintahan Islam dengan non-Muslim bila telah memenuhi dua syarat berikut:

  1. Dalam kondisi gawat darurat (emergensi)
  2. Non-Muslim tersebut tidak diizinkan menduduki jabatan-jabatan strategis yang mengurus kepentingan publik.

Imam Hasan Al-Banna menyampaikan di sela-sela dialog seputar pemerintahan Islam, bahwa tiada halangan bagi pemerintahan Islam untuk mengajukan permohonan bantuan dan kerjasama dengan non-Muslim selama berada dalam kondisi emergensi dan non-Muslim tersebut tidak menduduki posisi-posisi strategis yang mengatur masalah publik dan khalayak ramai. Posisi dan jabatan strategis yang mengatur urusan publik dalam Islam banyak sekali. Di antaranya, peradilan dan kehakiman yang mencakup peradilan militer, tindak pidana maupun perdata, lalu jabatan kepala pemerintahan, kepala-kepala daerah, kepala departemen perhajian, kepala departemen perpajakan, kepala departemen jihad, kepala departemen zakat, waqaf, infak dan shadaqah, kepala bagian harta rampasan perang dan sebagainya.

Tanggapan penulis, bahwa Imam Hasan Al-Banna menetapkan dua persyaratan bila sebuah pemerintahan Islam harus meminta bantuan dari non-Muslim dalam suatu perkara tertentu. Dua syarat tersebut adalah kondisi gawat darurat dan tidak terkait dengan departemen-departemen yang mengurus masalah publik. Yang termasuk dalam kategori kondisi gawat darurat adalah kepentingan-kepentingan yang menyangkut kelangsungan hidup manusia, kepentingan-kepentingan yang membantu terealisasinya perlindungan terhadap lima (5) objek kajian pokok syariat Islam yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, aset kekayaan, keturunan dan akal. Karena hilangnya perhatian terhadap kepentingan-kepentingan tersebut akan berakibat pada terhambatnya perjalanan kehidupan ideal sesuai keinginan hukum langit serta akan menimbulkan kondisi yang tidak kondusif, kekacauan, pertumpahan darah, peperangan dan sebagainya.

Bila terjadi kekosongan dalam jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan Islam, sementara tidak ada seorangpun dikalangan umat Islam yang bisa mengisi kekosongan posisi tersebut dan kekosongan itu hanya bisa ditempati oleh pakar non-Muslim, maka pada kondisi ini boleh mempekerjakan non-Muslim karena alasan emergensi. Karena ada sebuah kaidah ushul fiqih yang terkenal:

الضَّرُوْرَاتُ تُبِيْحُ الْمَحْظُوْرَاتِ

Artinya: kondisi darurat membolehkan perkara-perkara yang sebelumnya terlarang.

Maksudnya, dalam kondisi normal, kebijakan meminta bantuan dari non-Muslim adalah sebuah keharaman dan merupakan kebijakan yang tidak bisa dilegitimasi. Namun karena kondisi darurat, maka kebijakan tersebut menjadi boleh. Tapi perlu diingat, menilai satu keadaan sebagai kondisi darurat harus secara benar pula. Oleh karena itu, Umar bin Khattab menolak kebijaksanaan seorang gubernur bernama Abu Musa Al-Asy’ary ketika Beliau menunjuk seorang sekretaris yang beragama Kristen dan memerintahkan Abu Musa untuk segera memecatnya. Abu Musa angkat bicara: Wahai Amirul Mukminin, Bashrah membutuhkan keahliannya? Lalu Umar menjawab: Sudahlah, biarkan sajalah dia dan cari gantinya dari kalangan Muslim. Dari peristiwa ini dapat kita lihat bahwa Umar bin Khattab tidak menganggap pengangkatan seorang sekretaris dari kalangan non-Muslim sebagai sebuah keharusan dan kondisi darurat .

Dalam Al-Qur`an dan Sunnah banyak ditemukan teks-teks seirama yang menyatakan secara tegas pelarangan meminta bantuan dari kalangan musyrikin baik orang Kristen, Yahudi maupun Paganis. Allah berfirman dalam Qur‘an surah Ali Imran ayat 118:

(يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ) [آل عمران: 118]

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Dahqanah ia berkata: Dikatakan pada Umar bin Khattab ra bahwa di sini ada seorang pemuda dari Hirah, ia seorang penghafal dan penulis. Bagaimana kalau kita angkat saja ia sebagai sekretaris? Umar menjawab: Jikalau engkau mengangkatnya jadi sekretaris berarti engkau telah mengangkat orang kepercayaan dari kalangan non-Muslim .



Setelah menyebutkan ayat dan atsar di atas, Ibnu Katsir melanjutkan bahwa dalam atsar dan ayat ini terdapat dalil yang mengindikasikan larangan mempekerjakan seorang ahli dzimmah sebagai sekretaris. Hal ini merupakan kebijakan preventif agar non-Muslim tersebut tidak dijadikan perpanjangan tangan oleh para musuh Islam yang tidak senang terhadap agama ini untuk menggali dan mengorek informasi mengenai masalah-masalah internal dan titik-titik lemah umat Islam. Sebagaimana firman Allah di atas:

(لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً)

Artinya: (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu.

Selain itu, Al-Qurthuby juga mengingkari kebijakan para penguasa di zamannya yang mempercayakan non-Muslim dari kalangan Ahli Kitab sebagai sekretaris yang mengurus permasalahan administrasi negara. Sebagai lanjutan dari tafsir ayat di atas dan atsar yang diriwayatkan Ibnu Katsir, Beliau menambahkan: “Sungguh telah terjadi perubahan mendasar dalam tren zaman sekarang, yaitu ketika para Ahli Kitab diangkat menjadi sekretaris negara dan tangan kanan penguasa, dan yang lebih anehnya tindakan ini telah membudaya di kalangan kaum elite dan para penguasa” .

Posisi dan jabatan strategis yang mengatur urusan publik dalam Islam mencakup pemerintahan, peradilan dan kehakiman serta para penguasa, Al-Mawardi menulis dalam bukunya Al-Ahkam As-Sulthaniyyah wa Al-Wilayaat Ad-Diniyyah bahwa klasifikasi jabatan-jabatan strategis yang mengatur urusan publik itu seperti: Departemen Urusan Jihad, Kepolisian, Departemen Kehakiman, Kepala-Kepala Daerah, Departemen Kependudukan, Perpajakan, Departemen Zakat, Waqaf, Infak dan Shadaqah, Departemen Urusan Harta Rampasan Perang dan sebagainya. Kesemua jenis jabatan tersebut tidak boleh dipangku oleh non-Muslim.


Sumber: eramuslim.com

Tuesday, November 2, 2010

~Jangan Marah~




Dari Abu Hurairah r.a, ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi s.a.w, "Berilah aku wasiat." Rasulullah s..a.w bersabda, "Jangan Marah!" Baginda mengulang-ulang beberapa kali ucapan, "Jangan marah!" (HR Bukhari)

Islam itu adalah cara hidup kita. Islam itu syumul. Islam itu sempurna. Islam itu indah. Telitilah hadith di atas dengan mata jua hatimu...

Baginda berpesan, jangan marah! Kenapa?
Kerana orang yang marah tidak mampu mengawal emosi.
Kerana orang yang marah akan bertindak di luar batas pemikirannya.

Orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengawal kemarahannya. Terkadang kita merasa kuat bila kita meluahkan kemarahan kita. Kita merasa puas bila insan lain di sekeliling tahu yang kita sedang marah. Kita menggunakan kata-kata yang tidak sepatutnya. Kata-kata yang kasar lagi keras.

Wahai sekalian manusia
Wahai yang bergelar muslim
Wahai yang bergelar mukmin
Islam itu tidak mengajarkan begitu
Apakah kau membuktikan kekuatanmu dengan kemarahanmu?

Ayuh kita selusuri sirah Rasulullah..kita bawa diri kita berlayar seketika ke zaman para sahabat...

Masih ingat kisah seorang Badwi yang datang ke masjid ketika Rasulullah dan para sahabat sedang berkumpul? Masih ingat bagaimana Badwi itu menjadi tetamu yang biadap dengan membuang air di dalam rumah Allah? Apakah Rasulullah tidak marah? Para sahabat bertindak ingin memukul si Badwi tadi, tetapi Rasulullah menegah. Baginda meminta para sahabat menunggu sehingga Badwi itu selesai. Kemudian Rasulullah sendiri pergi mengambil air dan membersihkannya! Subhanallah, itulah jiwa yang kuat yang tulen. Itulah apa yang dikatakan sesungguhnya akhlak Rasululllah itu adalah Al-Quran. Akhlak baginda tersangat indah, lantas bagaimana mungkin manusia tidak terpesona dan memeluk Islam? Renungkan...

Masih ingat dengan peristiwa hijrah ke Thaif? Masih ingat bagaimana penduduk Thaif menyambut kedatangan Rasulullah dan Zaid bin Harithah, anak angkatnya? Walaupun Zaid berusaha keras melindungi Rasulullah dari terkena batu yang dilontar oleh penduduk Thaif sepanjang jalan, Rasulullah tetap terkena batu-batu tersebut sehingga tumitnya berdarah. Ya Allah...Baginda sedih dengan penolakan dakwahnya di sana. Lantas, malaikat Jibril datang, menawarkan untuk khidmatnya, menghempap gunung di bumi Thaif. Kalian fikir, apa tindakan Rasulullah? Apa reaksi baginda? Adakah baginda bersetuju?

Pastinya baginda menolak tawaran tersebut. Baginda bahkan mendoakan semoga ada dari kalangan penduduk Thaif nanti yang beriman kepada Allah. Subhanallah...setelah dakwahnya ditolak setelah dirinya dilukai...

Kita hari ini bagaimana? Dicuit sedikit pun kita melatah, marah-marah dan terkadang bersikap kebudak-budakan. Tidak mampu rasional dan terlalu mengikut emosi.

Ingin marah? Sakit hati? Dendam? Ketahuilah, rasa itu hadir kerana hati kita sakit...
Sakit? Ya sakit...jadi ubatilah....bagaimana?

"Ingatlah dengan mengingati Allah, hati-hati akan menjadi tenang..." (13:28)

Didik hatimu dengan zikrullah, jinakkan ia dengan ayat-ayat cintaNYA (Al-Quran), gilapkan ia dengan sirah Rasulullah dan para sahabat, insyaAllah...hatimu kembali sembuh

Andai semua manusia punya hati yang sihat...maka segalanya pasti indah...kenapa?
Kerana hati adalah raja segala anggota, jika baik hati, maka baiklah seluruh anggota...


~Jagalah hati...jangan marah dan teruslah tersenyum walau manusia terus membencimu. Selagi mana kau tahu, kau tidak membatasi syariatNYA...tersenyumlah kerana redha Allah pasti bersamamu...dan bila redha Allah bersamamu...redha manusia pasti mengikuti...~



Wallahua'lam

~Hujan~



Hujan turun membasahi bumi ciptaanNYA.
Hujan yang menambah kesejukan. Hujan yang setia. Hujan yang patuh.
Hujan yang setia menjalankan tugsanya. Hujan yang patuh menunaikan suruhanNYA.

Namun, bagaimana kita? HambaNYA yang diangkat darjat di sisiNYA, makhluk yang paling mulia. Setiakah kita pada Sang Pencipta? Patuhkah kita pada suruhanNYA?


~Hujan...hadirmu membuatkan aku berfikir dan kembali menilai diri...Bagaimana selama ini aku jarang bersyukur padaNYA...



bertemankan titisan hujan
3.12 am
di bilik
mencari di mana DIA di hati
~PENDAMBA CINTA ILAHI~








Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Click Here =)